BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam
Al-Quran tidak kurang dari 431 kali kata Rasul baik dalam bentuk tunggal
(singular) maupun jamak (plural) disebutkan telah dinyatakan dalam hadis bahwa
jumlah Rarusl ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua
Rasul yang dibangkitkan di India, Lina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa, dan
dinegeri-negeri lainnya di dunia.
B.
Pokok Permasalahan
Mengenai
ayat-ayat tentang kerasulan atau kenabian yang mana misi seorang Rasul adalah
menyampaikan risalah-risalah Tuhan kepada umatnya. Sedangkan tugas seorang Nabi
mempunyai prinsip yang sama dan tidak bertentangan antara yang satu denagn yang
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Menurut bahasa,
nabi berarti orang yang memberi kabar, orang yang mengkhabarkan hal-hal ghaib,
orang yang melamarkan sesuatu. Adapun yang dimaksud dalam terminologi agama
ialah, Nabi adalah seorang manusia yang memperoleh wahyu dari Allah yang berisi
syariat, sekalipun tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada mansuia
lainnya. Jika dia mendapat perintah Allah untuk disampaikan kepada orang lain,
dinamailah dia Rasul. Setiap Rasul itu Nabi, tetapi tidak setiap nabi itu
rasul.
Di dalam
Al-Quran tidak kurang dari 432 kali kata Rasul baik dalam bentuk tunggal
(singular) maupun jamak (plural) disebutkan telah dinyatakan dalam hadis bahwa
jumlah Rarusl ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua
Rasul yang dibangkitkan di India, Lina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa, dan
dinegeri-negeri lainnya di dunia. Akan tetapi kita tidak dapat memastikan
seseorang di luar daftar para rasul yang nama-namanya tercantum di dalam al-quran, apakah dia seorang Rasul
atau bukan, sebab kita tidak diberitahu secara pasti tentang dia. Tidak pula
kita diizinkan mengatakan penolakan terhadap orang-orang suci dari agama-agama
ain. Sagat dimungkinkan bahwa sebagian dari mereka adalh para rasul Allah, dan
para pengikut merekalah yang menyelewengkan ajaran-ajaran mereka setelah mereka
tiada, seperti halnya para pengikut Musa dan Isa as.
Dalam hubungan
itu perlu dibedakan Rasul berupa malaikat dengan Rasul berupa Nabi, selain
Rasul dalam bentuk malaikat, di dalam Al-Quran juga tidak dapat dibedakan
antara Nabi dan Rasul, justru nabi-nabi yang tercantum namanya itu sekaligus
sebagai Rasul pula. Firman Allah dalam QS. Al-Hajj : 75
¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏÿ¿duqtGçHø>Ïj9 ÇÐÎÈ
Artinya:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari
malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Melihat”.
Dalam
ayat tersebut menyatakan bahwa Allah berkehendak dan menetapkan memilih dari
jenis malaikat dan juga jenis manusia untuk menjadi utusan-utusan-Nya. Ayat ini
juga menunjukkan bahwa rislah illahiyah kerasulan atau kenabian adalah wewenang
Allah semata-mata.
B.
TUJUAN DIUTUSNYA PARA RASUL
1.
QS. Al-Baqarah 119
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ysø9$$Î/ #Zϱo0 #\ÉtRur ( wur ã@t«ó¡è@ ô`tã É=»ptõ¾r& ÉOÅspgø:$# ÇÊÊÒÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu
(Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang
penghuni-penghuni neraka”.
2.
QS. Al-Anbiya 45
ö@è% !$yJ¯RÎ) Nà2âÉRé& ÄÓóruqø9$$Î/ 4 wur ßìyJó¡t OÁ9$# uä!%tæ$!$# #sÎ) $tB crâxZã ÇÍÎÈ
Artinya : “Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya
aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan Tiadalah
orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan"
3.
QS. Yasin 1
$yJ¯RÎ) âÉYè? Ç`tB yìt7©?$# tò2Ïe%!$# zÓÅ´yzur z`»uH÷q§9$# Í=øtóø9$$Î/ (
çn÷Åe³t6sù ;otÏÿøóyJÎ/ 9ô_r&ur AOÍ2 ÇÊÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan
kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan
yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira
dengan ampunan dan pahala yang mulia.”
Maksudnya peringatan
yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. hanyalah berguna bagi orang yang mau
mengikutinya.
Kata ittaba
teambil dari kata tabi’a yang berarti mengikuti. Penambahan huruf ta’ pada kata
terseut mengandung makna kesungguhan. Siapa yang bersungguh-sungguh mengikuti
adz-dzikr yani al-quran, maka ia akan memperhatikan dengan seksama dan
meneladani Nabi Muhammad Saw, akan lahir keimanan yang kukuh dan mantap.
Penggunaan kata
ar-rahman pada ayat ini dan bukan lafadz “Allah” bertujuan menegaskan bahwa
yang dimaksud adalah Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad saw, bukan Tuhan
yang mereka persekutukan dengan berhala-berhala. Adapun ar-rahman yang
diperkenalkan Rasulullah saw sebagai salah satu nama Tuhan semesta alam. Kaum
beriman yakni bahwa Dia Maha Pengasih, namun demikian, keyakinan tersebut tidak
menjadi mereka lengah dari sifat-Nya yang lain, seperti jabbar/maha perkasa
lagi muntaqim/Maha Pembalas kesalahn pendurhaka.
4.
QS. An-Nahl 36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# (
Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=Ò9$# 4
(#rçÅ¡sù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. c%x. èpt7É)»tã úüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ
Artinya: “dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Kata thaghut
terambil dari kata thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa
juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karena penyembahan berhala adalah
sesuatu yang sangat buruk dan melampaui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata
tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti
kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidaya
(petunjuk) yang dimaksud ayat di atas adalah hidayah khusus dalam bidang agama
yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan
berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam
hidayah Allah telah penulis kemukakan ketika menafsirkan surah Al-fatihah. Di
sana antara lain penulis kemukakan bahwa dalam kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yang mengandung makna
ini, misalnya:
t4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÎËÈ
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus”. (as-sura:52)
Kedua hidayah
(petunjuk0 serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini
tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah SWT, karena itu ditegaskannya bahwa:
y7¨RÎ) w ÏöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# Ïöku `tB âä!$t±o 4 uqèdur ãNn=÷ær& úïÏtFôgßJø9$$Î/ ÇÎÏÈ
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk”. (Al-Qashash: 56)
Allah
menganugerahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin
memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara
tentang hidayah, secara tegas ayat di atas menyatakn bahwa Allah yang
menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang kesesatan. Redaksi yang
digunakan ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi kesesatan, tanpa menyebut
siapa yang menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesesatan tersebut pada
dasarnya bukan bersumber pertama kali dari Allah SWT, tetapi dari mereka
sendiri. Memang ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa : “Allah menyesatkan siap yang Dia kehendaki”, tetapi kehendak-Nya
itu terlaksana setelah yang bersangkutan sendiri sesat.
øÎ)ur tA$s% 4yqãB ¾ÏmÏBöqs)Ï9 ÉQöqs)»t zNÏ9 ÓÍ_tRrè÷sè? s%ur cqßJn=÷è¨? ÎoTr& ãAqßu «!$# öNà6ös9Î) (
$£Jn=sù (#þqäî#y sø#yr& ª!$# öNßgt/qè=è% 4
ª!$#ur w Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÉ)Å¡»xÿø9$# ÇÎÈ
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui
bahwa Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka
berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.
Maksudnya karena
mereka berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat dan
bertambah jauh dari kebenaran.
C.
MISI AJARAN SELURUH RASUL
1.
Q.S. Ibrahim 4
!$tBur $uZù=yör& `ÏB @Aqߧ wÎ) Èb$|¡Î=Î/ ¾ÏmÏBöqs% úÎiüt7ãÏ9 öNçlm; ( @ÅÒãsù ª!$# `tB âä!$t±o Ïôgtur `tB âä!$t±o 4 uqèdur âÍyèø9$# ÞOÅ3ysø9$# ÇÍÈ
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun,
melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Di atas penulis
jelaskan maka illa bi lisani quamihi denga “kecuali dengan juga sebagai
cerminan dari pikiran dan pandangan pengguna bahasa itu. Bahasa dapt
menggambarkan watak dan pandangan masyarakat pengguna bahasa itu.
Ini merupakan
bagian dari kasih saying Allah kepada makhluk-Nya bahwa Dia mengutus
Rasul-rasul dari kalangan mereka sendiri dan dengan menggunakan bahsa mereka
supaya mereka dapat memahami risalah yang dibawa oleh para Rasul . hal ini
seprti diriwayatkan oleh imam Ahmad dari Abi Dzar, dia berkata bahwa,
rasulullah saw bersabeda: yang artinya :”Tidaklah Allah azza wa jalla mengutus
seorang Nabi kecuali dengan bahasa kaumnya”. (HR Ahmad)
2.
QS. Fathir 24
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ptø:$$Î/ #Zϱo0 #\ÉtRur 4 bÎ)ur ô`ÏiB >p¨Bé& wÎ) xyz $pkÏù ÖÉtR ÇËÍÈ
Atinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan
membawa kebenaransebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.
dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi
peringatan”.
Karena tugas
Nabi Muhammad saw selain member peringatan juga membawa berita gembira, maka
ayat ini melanjutkan dengan menyatakan bahwa : sesungguhnya kami mengutusmu kepada seluruh unat manusia dengan haq
yakni perutusan yang haq lagi membawa kebenaran serta dari sumber Yang Haq
yakni Allah SWT, engkau adalah pembawa berita gembira bagi yang taat dan
pemberi peringatan bagi yang durhaka. Dan tidak ada satu pun dari umat yang
terdahulu melainkan telah berlalu yakni telah dating padanya seorang pemberi
peringatan-baik sebagai nabi atau rasul yang ditugaskan langsung oleh Allah,
maupun sebagai penerus ajaran Nabi dan Rasul.
Thabathaba’I
menjadikan firman-Nya wa in min ummatin illa khala fiha nadzir/dan tidak ada
satu umat pun melainkan telah berlalu padanya seorang pemberi peringatan,
menajdikannya sebagai bukti bahwa setiap generasi masa lalu telah didatangi
oleh seorang Rasul. Ini karena ulama itu memahami kata nadzir dalam arti
“Rasul” yang menyampaikan berita gembira dan peringatan. Memang tulisannya
tidak harus nabi itu berasal dari anggota masyarakat yang ada, karena ayat ini
tidak menggunakan kata minba/dari mereka tetapi fiha yakni di dalam masyarakat
mereka.
3.
QS. Al-Mu’min 78
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ
Artinya: “dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu
sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.
Persoalan ini
memiliki banyak latar belakang. Allah mengisahkan sebagiannya di dalam kitab
panjang, yang mengatarkan, yang jelas dan yang memiliki rambu-rambu. Juga
isyarat tentang jalan ditegaskan oeh sunnah terdahulu yang berlaku dan tidak
dapat diingkari, serta penjelasan tentang hakikat risalah, fungsi Rasul, dan
batasan-batasannya dengan sangat jelas.
Allah juga
hendak memberikan pengertian kepada manusia ihwal hakikat ketuhanan dan
kenabian. Mereka mengetahui bahwa para raasul itu mansuia seperti mereka, yang dipilih
Allah, dan ditentukan tugasnya. Mereka tidak mampu dan tidak pernah berusaha
untuk melampaui batas-batas tugas ini. Juga supaya manusia mengetahui bahwa
penangguhan suatu kejadian luar biasa merupakan rahmat bagi mereka.
BAB III
PENUTUP SIMPULAN
A.
Kesimpulan
1.
Bahwa setiap
nabi dan Rasul diutus oleh Allah dengan utusan yang sama yaitu menyampaikan
kabar gembira kepada umat manusia.
2.
Sebagai umat
manusia yang beriman tentunya wajib bagi kita untuk mengimani akan adanya rasul
dan nabi, baik yang kita ketahui csecara umum maupun yang tidak kita ketahui
sebagaiman telah dijelaskan di dalam Al-Quran.
3.
Dengan selalu
mempercaya dan mengamalkan apa-apa yang telah rasul ajarkan kepada kita maka
kita akan terhindar dari kesesatan.
B.
Saran
Dalam pembuatan
makalah yang singakt ini tentunya ada banyak kekurangan baik dalam penulisan
maupun dalam penysunan makalah ini. Oleh sebab itu kritik dan saran dari dosen
pembimbing manapun teman-teman sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Akirnya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Muhmudunnasir,
Syed, Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), Cet.II
Baqy, al, Abd.,
Muhammad Fu’ad, Mu’jam Al-Mufabrats li Al-qadz al-Quran al-Karim, (Berut : Dar
al-fikr, 1987 H/1987 M).
suwun ya mas,,,numpang download
BalasHapusMonggo....!! smoga bermanfaat ya...
BalasHapus