BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara dan berdiskusi tentang
manusia selalu menarik dan karena selalu menarik, maka masalahnya tidak pernah
selesai dalam arti tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana
suatu permainan yang tidak pernah selesai, selalu ada saja pertanyaan mengenai
manusia.
"Apakah
dan siapakah manusia?". Pertanyaan klasik ini selalu menarik untuk dijawab
oleh umat manusia sepanjang zaman. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut berbagai filosof dan ilmuwan mencoba membangun konsep apakah dan
siapakah manusia. Dalam kenyataannya, jawaban atas pertanyaan ini selalu
mengandung kelemahan karena keterbatasan manusia dalam memahami siapa dirinya
dan sesamanya. Karenanya, sejumlah gugatan terhadap konsep manusia hadir dan
"berloncatan" dihadapan kita.
Secara garis besar pengertian tentang manusia itu
sendiri menurut pandangan agama Islam yaitu: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di
muka bumi ini. Oleh karenanya manusia dijadikan khalifah Tuhan di bumi, karena
manusia mempunyai kecenderungan dengan Tuhan.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai bahan ajar bagi penulis dan pembaca,
syarat untuk pencapaian dalam proses belajar pada mata kuliah Tafsir, untuk
tercapainya keberhasilan dalam membangun konsep manusia yang dapat memahami dan
memperlakukan sesama manusia secara benar serta mencari tahu bagaimana
pandangan Al-Qur’an tentang manusia.
C.
Masalah-masalah
1.
Bagaimana cara
membangun konsep manusia yang dapat memahami dan memperlakukan manusia secara
benar?
2.
Bagaimana
pandangan Al-Qur’an tentang manusia?
D.
Penyelesaian Masalah
1.
Memberikan ilmu
pengetahuan yang dapat memberikan manusia itu sendiri kesadaran akan dirinya
sebagai manusia.
2.
Mengkaji
berbagai ayat dan hadits yang berhubungan dengan manusia. Adapun ayat dan
hadits yang berhubungan dengan manusia tidak terbatas pada ayat dan hadits yang
hanya membicarakan an-nas, an-nisa,
ar-rijal, dan sebagainya tapi juga membahas qolb, ruh, aql, nafs, dan lain-lain. Selain itu membahas manusia
dalam konteks Al-Quran juga membahas berbagai sifat dan sikap manusia dan
berbagai sifat yang sebaiknya dimiliki manusia, misalnya: mukmin, muslim,
muttaqien yang merupakan sifat yang dapat dimiliki oleh manusia, sabar, ikhlas,
syukur yang merupakan sikap yang dapat dimiliki manusia, serta sifat-sifat
Allah yang terkandung dalam asmaul husna yang sebaiknya dimiliki oleh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DAN PENCIPTAAN MANUSIA
1.
Pengertian Manusia
Pengertian
manusia secara umum adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan
paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak
tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Pengertian
manusia menurut para ahli yaitu:
a.
Nicolaus D. & A. Sudiarja: Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka
karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan
rohani merupakan satu barang.
b.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany:
Manusia adalah mahluk
yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah
mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
c.
I Wayan Watra: Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias
dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
2.
Penciptaan Manusia
a. Kejadian
Manusia Menurut Konsep Barat
Konsep kejadian manusia dari barat yang diwakili
ilmuan yang bernama Charles Darwin,Darwin berpendapat bahwa manusia berasal
dari makhluk sebelumnya.Darwin juga berpendapat bahwa manusia berevolusi dari
kera.Darwin mengemukakan seperti itu karena Darwin membandingkan fosil
tengkorak kera dengan manusia mempunyai karakteristik yang mirip.Dengan
kemiripan itu Darwin berpendapat bahwa manusia mempunyai kekerabatan dengan
hewan.
Darwin menyusun buku tentang spesies yang berjudul The descent of man yang berisi tentang asal mula kejadian manusia,pada tahun 1856 sebelum buku tersebut diterbitkan,di Jerman ditemukan fosil tengkorak,yang beranggapan bahwa fosil tersebut adalah fosil manusia purba yang diberi nama Neadhertal nama tersebut diambil dari tempat ditemukannya fosil tersebut yaitu di Neander.Volume otaknya kurang lebih 1450 CC yang diperkirakan hidup sekitar 100.000- 40.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1871 buku Darwin tersebut di terbitkan.
Darwin menolak adanya ide the fixity of species yang artinya bahwa Darwin menolak adanya kepermanenan spesies .Darwin berpendapat manusia dapat hidup seperti saat ini karena adanya seleksi alam,manusia yang dapat hidup adalah manusia yang mampu bertahan hidup.Kalau yang tidak dapat bertahan hidup akan punah.Dalam penciptaan manusia Darwin tidak menjelaskan bahwa penciptaan manusia karena adanya Tuhan.Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera dan untuk menjadi manusia seperti sekarang itu melalui fase-fase yang begitu lama,berikut merupakan fase-fase yang dialami manusia untuk menjadi manusia seperti sekarang ini menurut Darwin:
Darwin menyusun buku tentang spesies yang berjudul The descent of man yang berisi tentang asal mula kejadian manusia,pada tahun 1856 sebelum buku tersebut diterbitkan,di Jerman ditemukan fosil tengkorak,yang beranggapan bahwa fosil tersebut adalah fosil manusia purba yang diberi nama Neadhertal nama tersebut diambil dari tempat ditemukannya fosil tersebut yaitu di Neander.Volume otaknya kurang lebih 1450 CC yang diperkirakan hidup sekitar 100.000- 40.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1871 buku Darwin tersebut di terbitkan.
Darwin menolak adanya ide the fixity of species yang artinya bahwa Darwin menolak adanya kepermanenan spesies .Darwin berpendapat manusia dapat hidup seperti saat ini karena adanya seleksi alam,manusia yang dapat hidup adalah manusia yang mampu bertahan hidup.Kalau yang tidak dapat bertahan hidup akan punah.Dalam penciptaan manusia Darwin tidak menjelaskan bahwa penciptaan manusia karena adanya Tuhan.Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera dan untuk menjadi manusia seperti sekarang itu melalui fase-fase yang begitu lama,berikut merupakan fase-fase yang dialami manusia untuk menjadi manusia seperti sekarang ini menurut Darwin:
1) Ordo Primata :persamaan disamping adanya perbedaan
yang ada.
2) Kera manusia dari Afrika: Ditemukan fosil kera yang
dinamakan Austrolopithecus , Kera ini sangat aneh, tidak ada kekerabatan dengan
manusia, di duga ini adalah nenek moyang dari manusia.
3) Homo erectus/Phytecanthropus: Model manusia ini
sudah dapat bediri tegak dan dapat berpikir modern tetapi tidak ada budaya yang
mengiringinya.
4) Manusia Modern: Manusia sudah dapat menghasilkan
budaya yang banyak. Dari penelitian para ahli bahwa Gorila dan sipanse
mempunyai kekerabatan yang sangat erat dengan manusia adanya kesamaan Susunan
Hemoglobin. Hal tersebut menurut pakar Biologi bahwa manusia dan hewan
mempunyai nenek moyang yang sama.
b.
Kejadian Manusia Menurut Konsep
Islam dan Al-Quran
Di dalam Al-Quran telah
ditegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya.” (Q.S Shaad: 71-72).
Dalam ayat lain, Allah
berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu
dari tanah, kemudian dari air mani…” (Q.S Faathir: 11). Kemudian, dalam
ayat al-quran, kita mendapatkan bahwa Allah Swt menegaskan penciptaan manusia
ini menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki
fungsi penegasan (lam ta’kid). Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya.” (Q.S Qaaf: 16).
Demikianlah Al-Quran menegaskan kekhususan
penciptaan manusia. Dalam ayat lain Allah menerangkan bagaimana manusia
diciptakan. Al-Quran sendiri, ketika menceritakan
tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung
kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini.
Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.”
(QS Al-Furqan: 54)
“Dari bumi (tanah)
itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu pada
kali yang lainnya.” (QS Thaaha:
55)
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia
diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan
tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup
sesudah mati).” (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam firman-Nya “Dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air”, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan
manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa
kira-kira 75 persen dari berat manusia adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur
terpenting bagi setiap proses kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi
untuk melunakkah bahan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk
dicerna.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini.
Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.”
(QS Al-Furqan: 54)
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk
yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara
ilmiah.
B.
AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA
1. QS.
al-Isra’: 70
‰s)s9ur
$oYøB§x. ûÓÍ_t tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur ’Îû ÎhŽy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur Nßg»oYø%y—u‘ur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4’n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
“Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Keterangan :
Dengan bersumpah sambil mengukuhkan
pernyataan-Nya dengan kata قد, ayat ini menyatakan
bahwa dan Kami yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya telah Kami muliakan
anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan
berpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan
memilih. Dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat
transportasi yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami
ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang
kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka. Dan Kami juga beri mereka rezeki dari
yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka. Dan Kami lebihkan mereka atas
banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna.
Kata كرّمنا
(karramna) terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra’ dan
mim, yang mengandung makna kemuliaan, serta keistimewaan sesuai
objeknya. Karramna adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya
internal, dalam konteks ayat ini manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang
tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia
mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
ولقد كرّمنا
(dan sesungguhnya telah Kami muliakan) kami utamakan بنى
آدم (anak-anak Adam) dengan pengetahuan, akal, bentuk yang paling
baik, setelah wafat jenazahnya dianggap suci dan lain sebagainya, وحملنهم فى البرّ (dan Kami angkut mereka di daratan) dengan
menaiki kendaraan. والبحر (dan di lautan)
dengan menaiki perahu-perahu. ورزقنهم من الطّيبت على
كثيرممن خلقنا (dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan) seperti
hewan-hewan ternak dan hewan-hewan liar. تفضيلا
(dengan kelebihan yang sempurna).
Lafadz man di sini bermakna ma’
atau makna yang dimaksudnya menurut bab yang berlaku padanya. Maknanya
menyangkut juga para malaikat, sedangkan makna yang dimaksud adalah keutamaan
jenisnya, hal ini pengertiannya tidak memastikan bagi adanya keutamaan untuk
semua individu atas para malaikat. Para malaikat lebih utama daripada manusia
selain dari para Nabi.
Manusia yang disebut dengan kalimat
“al-Insan” itu memberikan arti bahwa manusia patut ditingkatkan martabatnya
sampai pada tingkatan untuk memiliki keahliannya untuk menduduki jabatan
khalifah (penguasa/pengatur) di atas bumi ini dan kemungkinannya untuk dibebani
kewajiban-kewajiban dan kepercayaan atau amanat. Sebab hanya manusialah yang
secara khusus dilengkapi dengan akal pikiran, kecakapan, dan kecerdasan serta
hal-hal yang berkaitan dengan itu semua.
Ayat ini merupakan anjuran agar
manusia bersyukur dan jangan menyekutukan Tuhannya dengan seseorang pun, karena
Allah telah menundukkan baginya apa yang ada di darat dan di laut, bahkan
memeliharanya dengan perhatiannya yang baik serta diberinya petunjuk kepada
pembuatan bahtera hingga tempat berlayar di laut dan memberinya rezeki dengan
yang baik-baik, serta melebihkannya atas sebagian besar makhluk-Nya.
Munasabah:
Ayat yang lalu menggambarkan
anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap yang taat maupun
yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugerah itu yakni karena manusia
adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai
manusia, baik ia taat beragama ataupun tidak.
2. QS.
Shad: 71-72
øŒÎ)
tA$s%
y7•u‘
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
’ÎoTÎ)
7,Î=»yz
#ZŽ|³o
`ÏiB
&ûüÏÛ
ÇÐÊÈ
#sŒÎ*sù
¼çmçG÷ƒ§qy™
àM÷‚xÿtRur
ÏmŠÏù
`ÏB
ÓÇrr•‘
(#qãès)sù
¼çms9
tûïωÉf»y™
ÇÐËÈ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”.
Keterangan :
Uraian tentang kisah Adam as dapat
ditemukan dalam beberapa surat, antara lain pada surat al-Baqarah, al-A’raf,
al-Hijr, dan al-Isra’. Sementara ulama berpendapat bahwa ayat-ayat surat ini
merupakan ayat-ayat pertama yang turun menyangkut kisah Adam as itu. Ini
setelah memperhatikan perurutan turunnya surah-surah al-Qur’an, di mana tidak
ditemukan uraian kisah tersebut sebelum turunnya surah ini.
فإذاستويته
(maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya) telah sempurna kejadiannya ونفخت (dan Kutiupkan) kualirkan فيه من رّوحى (kepadanya ruh ciptaan-Ku) sehingga ia
menjadi hidup. Dimudhafkannya lafaz ruh kepada Allah dimaksudkan untuk
memuliakan nabi Adam. Roh adalah tubuh yang lembut dan tidak kelihatan oleh
mata, yang membuat manusia dapat hidup karena memasuki tubuhnya. فقعواله سجدين (maka hendaklah kalian tersungkur dengan
sujud kepada-Nya) sujud penghormatan dengan cara membungkukkan badan.
Munasabah:
Ayat yang lalu menafikan Rasul saw
menyangkut al-mala’ al-a’la kecuali apa yang diwahyukan Allah kepada beliau.
Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat berikut menguraikan sekelumit dari berita
tentang al-mala’ al-a’la itu, yakni tentang peristiwa Adam as bersama para
malaikat dan iblis. Ayat-ayat di atas menyatakan ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah”. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadian fisiknya dan
Kutiupkan ke dalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu semua serta
bersungkurlah secara spontan dan dengan mudah sebagai penghormatan kepada-Nya
dalam keadaan bersujud.
3. QS. at-Tiin: 4-5
ô‰s)s9
$uZø)n=y{
z`»|¡SM}$#
þ’Îû
Ç`|¡ômr&
5OƒÈqø)s?
ÇÍÈ
¢OèO
çm»tR÷ŠyŠu‘
Ÿ@xÿó™r&
tû,Î#Ïÿ»y™
ÇÎÈ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”
Keterangan:
Kata خلقنا
(Kami telah menciptakan terdiri dari kata خلق
dan نا yang berfungsi sebagai kata ganti nama.
Kata نا (Kami) yang menjadi kata ganti nama itu
menunjukkan kepada jamak, tetapi bisa juga digunakan untuk menunjukkan satu
pelaku saja dengan maksud mengagungkan pelaku tersebut. Dari sisi lain,
penggunaan kata ganti bentuk jamak itu (Kami) yang menunjuk kepada Allah
mengisyaratkan adanya keterlibatan selain-Nya dalam perbuatan yang ditunjuk
oleh kata yang dirangkaikan dengan kata ganti tersebut. Jadi, kata خلقنا mengisyaratkan keterlibatan selain Allah
dalam penciptaan manusia. Dalam hal ini adalah Bapak Ibu manusia. Kata الإنسان (manusia) yang dimaksud oleh ayat ini.
Menurut al-Qurthubi adalah manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat
ini ditolak oleh banyak pakar tafsir dengan alasan antara lain adanya
pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikut, yaitu : Kecuali orang-orang
yang beriman. Ini menunjukkan bahwa “manusia” yang dimaksud oleh ayat ini
adalah jenis manusia secara umum mencakup yang mukmin maupun yang kafir. Kata تقويم (taqwim) berakar dari kata (قوم) yang darinya terbentuk kata اقيموا، استقامة، قائمة dan sebagainya. تقويم diartikan sebagai menjadikan sesuatu
memiliki قِوَام (qiwam) yakni bentuk
fisik yang pas dengan fungsinya, sehingga isyarat tentang keistimewaan manusia
dibanding binatang yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak dan
lurus. Ayat ini dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah Allah kepada
manusia, dan tentu tidak mungkin anugerah tersebut terbatas pada bentuk fisik.
Manusia telah diciptakan Allah dalam
bentuk yang sebaik-baiknya karena satu dan lain hal, sehingga kemudian Kami
Allah bersama dengan manusia itu sendiri mengembalikannya ke tingkat yang
serendah-rendahnya.
Kata رددناه
terdiri atas kata ردد yang dirangkaikan
dengan kata ganti dalam bentuk jamak (نا)
serta kata ganti yang berkedudukan sebagai obyek (ه)
hu-nya. ردد antara lain berarti
mengalihkan, memalingkan atau mengembalikan.
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu Allah bersumpah
dengan menyebut empat hal. Ayat-ayat ini menjelaskan untuk sumpah itu. Di sini
Allah berfirman bahwa : “Demi keempat hal di atas, sungguh Kami Allah telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.[16]
Asbabun Nuzul
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan
sebuah hadits melalyi Jabir al-‘Aufi bersumber dari Ibnu Abbas, sehubungan
dengan firman-Nya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka)”. (QS. at-Tiin: 5). Ibnu Abbas r.a telah
menceritakan bahwa mereka yang diisyaratkan oleh ayat ini adalah segolongan
orang-orang yang dituakan umurnya hingga tua sekali pada zaman Rasulullah saw,
karena itu ditanyatakanlah perihal mereka, sewaktu mereka sudah pikun, maka
Allah menurunkan firman-Nya yang menjelaskan tentang pemaafan bagi mereka. Lalu
dinyatakan-Nya bahwa bagi mereka pahala dari amal baik yang dahulu mereka
lakukan sebelum pikun.
4.
QS. al-Baqarah: 30
øŒÎ)ur
tA$s%
š•u‘
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
’ÎoTÎ)
×@Ïã%y`
’Îû
ÇÚö‘F{$#
Zpxÿ‹Î=yz
( (#þqä9$s%
ã@yèøgrBr&
$pkŽÏù
`tB
߉šøÿãƒ
$pkŽÏù
à7Ïÿó¡o„ur
uä!$tBÏe$!$#
ß`øtwUur
ßxÎm7|¡çR
x8ωôJpt¿2
â¨Ïd‰s)çRur
y7s9
( tA$s%
þ’ÎoTÎ)
ãNn=ôãr&
$tB
Ÿw
tbqßJn=÷ès?
ÇÌÉÈ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Keterangan:
و
(dan) ingatlah hai Muhammad! واذقال ربك للملائكة انى
جاعل فى الارض خليفة (ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.") yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau
peraturan-peraturan-Ku padanya, yaitu :
(Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya) yakni dengan berbuat maksiat.
(dan menumpahkan darah) artinya mengalirkan
darah dengan jalan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh bangsa itu yang juga
mendiami bumi? Tatkala mereka berbuat kerusakan, Allah mengirim malaikat kepada
mereka maka dibuanglah mereka ke pulau-pulau dan ke gunung-gunung.
(padahal kami selalu bertasbih) maksudnya
selalu mengucapkan tasbih.(dengan memuji-Mu) yakni dengan membaca “Subhanallahi
wabihamdihi” artinya Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya. (dan
mensucikan-Mu) membersihkan-Mu dari hal-hal yang tidak layak bagi-Mu.
قال
(Allah berfirman) انى اعلم ما لاتعلمون
(Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) tentang maslahat atau
kepentingan mengenai pengangkatan Adam, dan bahwa diantara anak cucunya ada
yang taat dan ada pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah keadilan di
antara mereka.
Dalam surat tersebut diungkapkan
dalam bentuk tamsil dengan maksud agar lebih mudah dipahami oleh manusia,
khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya. Untuk maksud
tersebut Allah memberitahukan kepada para malaikat tentang akan diciptakan-Nya
seorang khalifah di bumi. Mendengar keputusan ini, para malaikat merasa
terkejut, karenanya, mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Untuk
menjawab pertanyaan para malaikat, Allah memberi pengertian kepada mereka
dengan cara ilham agar mereka tunduk dan taat kepada Allah Yang Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Munasabah
Kandungan ayat ini sama dengan
ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat Allah, yang dengan nikmat
itu dapat menjauhkan dari maksiat dan kufur dan dapat memotivasi seseorang
untuk beriman kepada Allah. Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang
sedemikian rupa di samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk
mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi. Hal
tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh
keturunannya dengan cara taat kepada Allah dan tidak ingkar kepada-Nya.
Pada
ayat ini dan sebelumnya juga menceritakan kisah-kisah tentang kejadian umat
manusia. Dalam penciptaan manusia itu mengandung hikmah dan rahasia yang
diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan penciptaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia diciptakan untuk menjadi
khalifah di bumi dalam arti kita sebagai manusia harus bisa menjaga,
melindungi, dan melestarikan bumi. Bukan untuk merusak ataupun menghancurkan
apa yang Allah ciptakan di bumi ini. Karena kesempurnaan manusia dalam berfikir
dengan akal nilah manusia melaksanakan fungsinya dengan sebaik mungkin. Atas
dasar itu penciptaan manusia dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya
dalam arti yang sebaik-baiknya dalam fungsi sebagai hamba Allah dan khalifah di
bumi.
B. Saran
Melihat pentingnya seorang manusia
yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sempurna, hendaknya kita sebagai
seorang manusia bisa menjaga dan mampu memanfaatkan diri kita sebagai seorang
manusia. Bisa memberika yang terbaik bagi semua orang dan taat terhadap aturan
yang telah Allah berikan. Hendaknya dapat mengkaji lebih jauh lagi tentang jati
diri kita sebagai seorang manusia. Jangan hanya mengacu pada arti manusia itu
sendiri, tapi lebih luas lagi tentang hal lain yang mampu memotifasi diri kita
sebagai manusia yang baik dan taat terhadap sang Pencipta.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin, dan
Imam Jalaluddin as-Sayuthi, Tafsir Jalalain, Asbabun Nuzul Ayat,
Bandung: Sinar Baru, 1990.
Al-Maraghy, Musthafa, Tafsir
al-Maraghiy, Juz XV, Semarang: Toha Putra, 1988.
Ancok, Djamaludin, dan Fuad Nashori
Suroso, Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994.
Al Qattan, MK.
2001. Studi Ilmu-Ilmu Quran (alih bahasa: Mudzakir AS.). Bogor: Pustaka Litera
Antarnusa.
Syathi’, ‘Aisyah Abdurrahman
Bintusy, Manusia Siapa, Darimana dan Kemana?, Semarang: Toha Putra,
1982.
Oleh: Dr. Abdul
Basith Jamal & Dr. Daliya Shadiq Jamal
0 komentar:
Posting Komentar