Tafsir Al-Quran Tentang Manusia


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik dan karena selalu menarik, maka masalahnya tidak pernah selesai dalam arti tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai, selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia.
"Apakah dan siapakah manusia?". Pertanyaan klasik ini selalu menarik untuk dijawab oleh umat manusia sepanjang zaman. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berbagai filosof dan ilmuwan mencoba membangun konsep apakah dan siapakah manusia. Dalam kenyataannya, jawaban atas pertanyaan ini selalu mengandung kelemahan karena keterbatasan manusia dalam memahami siapa dirinya dan sesamanya. Karenanya, sejumlah gugatan terhadap konsep manusia hadir dan "berloncatan" dihadapan kita.
Secara garis besar pengertian tentang manusia itu sendiri menurut pandangan agama Islam yaitu: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Oleh karenanya manusia dijadikan khalifah Tuhan di bumi, karena manusia mempunyai kecenderungan dengan Tuhan.
B.       Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan ajar bagi penulis dan pembaca, syarat untuk pencapaian dalam proses belajar pada mata kuliah Tafsir, untuk tercapainya keberhasilan dalam membangun konsep manusia yang dapat memahami dan memperlakukan sesama manusia secara benar serta mencari tahu bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang manusia.
C.      Masalah-masalah
1.    Bagaimana cara membangun konsep manusia yang dapat memahami dan memperlakukan manusia secara benar?
2.    Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang manusia?
D.      Penyelesaian Masalah
1.    Memberikan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan manusia itu sendiri kesadaran akan dirinya sebagai manusia.
2.    Mengkaji berbagai ayat dan hadits yang berhubungan dengan manusia. Adapun ayat dan hadits yang berhubungan dengan manusia tidak terbatas pada ayat dan hadits yang hanya membicarakan an-nas, an-nisa, ar-rijal, dan sebagainya tapi juga membahas qolb, ruh, aql, nafs, dan lain-lain. Selain itu membahas manusia dalam konteks Al-Quran juga membahas berbagai sifat dan sikap manusia dan berbagai sifat yang sebaiknya dimiliki manusia, misalnya: mukmin, muslim, muttaqien yang merupakan sifat yang dapat dimiliki oleh manusia, sabar, ikhlas, syukur yang merupakan sikap yang dapat dimiliki manusia, serta sifat-sifat Allah yang terkandung dalam asmaul husna yang sebaiknya dimiliki oleh manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN DAN PENCIPTAAN MANUSIA
1.      Pengertian Manusia
Pengertian manusia secara umum adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Pengertian manusia menurut para ahli yaitu:
a.    Nicolaus D. & A. Sudiarja: Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
b.    Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany: Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
c.    I Wayan Watra: Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
2.      Penciptaan Manusia
a.    Kejadian Manusia Menurut Konsep Barat
Konsep kejadian manusia dari barat yang diwakili ilmuan yang bernama Charles Darwin,Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari makhluk sebelumnya.Darwin juga berpendapat bahwa manusia berevolusi dari kera.Darwin mengemukakan seperti itu karena Darwin membandingkan fosil tengkorak kera dengan manusia mempunyai karakteristik yang mirip.Dengan kemiripan itu Darwin berpendapat bahwa manusia mempunyai kekerabatan dengan hewan.
Darwin menyusun buku tentang spesies yang berjudul The descent of man yang berisi tentang asal mula kejadian manusia,pada tahun 1856 sebelum buku tersebut diterbitkan,di Jerman ditemukan fosil tengkorak,yang beranggapan bahwa fosil tersebut adalah fosil manusia purba yang diberi nama Neadhertal nama tersebut diambil dari tempat ditemukannya fosil tersebut yaitu di Neander.Volume otaknya kurang lebih 1450 CC yang diperkirakan hidup sekitar 100.000- 40.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1871 buku Darwin tersebut di terbitkan.
Darwin menolak adanya ide the fixity of species yang artinya bahwa Darwin menolak adanya kepermanenan spesies .Darwin berpendapat manusia dapat hidup seperti saat ini karena adanya seleksi alam,manusia yang dapat hidup adalah manusia yang mampu bertahan hidup.Kalau yang tidak dapat bertahan hidup akan punah.Dalam penciptaan manusia Darwin tidak menjelaskan bahwa penciptaan manusia karena adanya Tuhan.Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera dan untuk menjadi manusia seperti sekarang itu melalui fase-fase yang begitu lama,berikut merupakan fase-fase yang dialami manusia untuk menjadi manusia seperti sekarang ini menurut Darwin:
1)   Ordo Primata :persamaan disamping adanya perbedaan yang ada.
2)   Kera manusia dari Afrika: Ditemukan fosil kera yang dinamakan Austrolopithecus , Kera ini sangat aneh, tidak ada kekerabatan dengan manusia, di duga ini adalah nenek moyang dari manusia.
3)   Homo erectus/Phytecanthropus: Model manusia ini sudah dapat bediri tegak dan dapat berpikir modern tetapi tidak ada budaya yang mengiringinya.
4)   Manusia Modern: Manusia sudah dapat menghasilkan budaya yang banyak. Dari penelitian para ahli bahwa Gorila dan sipanse mempunyai kekerabatan yang sangat erat dengan manusia adanya kesamaan Susunan Hemoglobin. Hal tersebut menurut pakar Biologi bahwa manusia dan hewan mempunyai nenek moyang yang sama.
b.   Kejadian Manusia Menurut Konsep Islam dan Al-Quran
Di dalam Al-Quran telah ditegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S Shaad: 71-72).
Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani…” (Q.S Faathir: 11). Kemudian, dalam ayat al-quran, kita mendapatkan bahwa Allah Swt menegaskan penciptaan manusia ini menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki fungsi penegasan (lam ta’kid). Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya.” (Q.S Qaaf: 16).
Demikianlah Al-Quran menegaskan kekhususan penciptaan manusia. Dalam ayat lain Allah menerangkan bagaimana manusia diciptakan. Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
 “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu pada kali yang lainnya.” (QS Thaaha: 55)
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam firman-Nya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat manusia adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting bagi setiap proses kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
B.       AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA
1. QS. al-Isra’: 70
s)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Keterangan :
Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataan-Nya dengan kata قد, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat transportasi yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka. Dan Kami juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka. Dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Kata كرّمنا (karramna) terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra’ dan mim, yang mengandung makna kemuliaan, serta keistimewaan sesuai objeknya. Karramna adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya internal, dalam konteks ayat ini manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
ولقد كرّمنا (dan sesungguhnya telah Kami muliakan) kami utamakan بنى آدم (anak-anak Adam) dengan pengetahuan, akal, bentuk yang paling baik, setelah wafat jenazahnya dianggap suci dan lain sebagainya, وحملنهم فى البرّ (dan Kami angkut mereka di daratan) dengan menaiki kendaraan. والبحر (dan di lautan) dengan menaiki perahu-perahu. ورزقنهم من الطّيبت على كثيرممن خلقنا (dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan) seperti hewan-hewan ternak dan hewan-hewan liar. تفضيلا (dengan kelebihan yang sempurna).
Lafadz man di sini bermakna ma’ atau makna yang dimaksudnya menurut bab yang berlaku padanya. Maknanya menyangkut juga para malaikat, sedangkan makna yang dimaksud adalah keutamaan jenisnya, hal ini pengertiannya tidak memastikan bagi adanya keutamaan untuk semua individu atas para malaikat. Para malaikat lebih utama daripada manusia selain dari para Nabi.
Manusia yang disebut dengan kalimat “al-Insan” itu memberikan arti bahwa manusia patut ditingkatkan martabatnya sampai pada tingkatan untuk memiliki keahliannya untuk menduduki jabatan khalifah (penguasa/pengatur) di atas bumi ini dan kemungkinannya untuk dibebani kewajiban-kewajiban dan kepercayaan atau amanat. Sebab hanya manusialah yang secara khusus dilengkapi dengan akal pikiran, kecakapan, dan kecerdasan serta hal-hal yang berkaitan dengan itu semua.
Ayat ini merupakan anjuran agar manusia bersyukur dan jangan menyekutukan Tuhannya dengan seseorang pun, karena Allah telah menundukkan baginya apa yang ada di darat dan di laut, bahkan memeliharanya dengan perhatiannya yang baik serta diberinya petunjuk kepada pembuatan bahtera hingga tempat berlayar di laut dan memberinya rezeki dengan yang baik-baik, serta melebihkannya atas sebagian besar makhluk-Nya.
Munasabah:
Ayat yang lalu menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugerah itu yakni karena manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia, baik ia taat beragama ataupun tidak.
2. QS. Shad: 71-72
øŒÎ) tA$s% y7u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #ZŽ|³o `ÏiB &ûüÏÛ ÇÐÊÈ #sŒÎ*sù ¼çmçG÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”.
Keterangan :
Uraian tentang kisah Adam as dapat ditemukan dalam beberapa surat, antara lain pada surat al-Baqarah, al-A’raf, al-Hijr, dan al-Isra’. Sementara ulama berpendapat bahwa ayat-ayat surat ini merupakan ayat-ayat pertama yang turun menyangkut kisah Adam as itu. Ini setelah memperhatikan perurutan turunnya surah-surah al-Qur’an, di mana tidak ditemukan uraian kisah tersebut sebelum turunnya surah ini.
فإذاستويته (maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya) telah sempurna kejadiannya ونفخت (dan Kutiupkan) kualirkan فيه من رّوحى (kepadanya ruh ciptaan-Ku) sehingga ia menjadi hidup. Dimudhafkannya lafaz ruh kepada Allah dimaksudkan untuk memuliakan nabi Adam. Roh adalah tubuh yang lembut dan tidak kelihatan oleh mata, yang membuat manusia dapat hidup karena memasuki tubuhnya. فقعواله سجدين (maka hendaklah kalian tersungkur dengan sujud kepada-Nya) sujud penghormatan dengan cara membungkukkan badan.
Munasabah:
Ayat yang lalu menafikan Rasul saw menyangkut al-mala’ al-a’la kecuali apa yang diwahyukan Allah kepada beliau. Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat berikut menguraikan sekelumit dari berita tentang al-mala’ al-a’la itu, yakni tentang peristiwa Adam as bersama para malaikat dan iblis. Ayat-ayat di atas menyatakan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadian fisiknya dan Kutiupkan ke dalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu semua serta bersungkurlah secara spontan dan dengan mudah sebagai penghormatan kepada-Nya dalam keadaan bersujud.


3. QS. at-Tiin: 4-5
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ ¢OèO çm»tR÷ŠyŠu Ÿ@xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”
Keterangan:
Kata خلقنا (Kami telah menciptakan terdiri dari kata خلق dan نا yang berfungsi sebagai kata ganti nama. Kata نا (Kami) yang menjadi kata ganti nama itu menunjukkan kepada jamak, tetapi bisa juga digunakan untuk menunjukkan satu pelaku saja dengan maksud mengagungkan pelaku tersebut. Dari sisi lain, penggunaan kata ganti bentuk jamak itu (Kami) yang menunjuk kepada Allah mengisyaratkan adanya keterlibatan selain-Nya dalam perbuatan yang ditunjuk oleh kata yang dirangkaikan dengan kata ganti tersebut. Jadi, kata خلقنا mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam penciptaan manusia. Dalam hal ini adalah Bapak Ibu manusia. Kata الإنسان (manusia) yang dimaksud oleh ayat ini. Menurut al-Qurthubi adalah manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini ditolak oleh banyak pakar tafsir dengan alasan antara lain adanya pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikut, yaitu : Kecuali orang-orang yang beriman. Ini menunjukkan bahwa “manusia” yang dimaksud oleh ayat ini adalah jenis manusia secara umum mencakup yang mukmin maupun yang kafir. Kata تقويم (taqwim) berakar dari kata (قوم) yang darinya terbentuk kata اقيموا، استقامة، قائمة dan sebagainya. تقويم diartikan sebagai menjadikan sesuatu memiliki قِوَام (qiwam) yakni bentuk fisik yang pas dengan fungsinya, sehingga isyarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak dan lurus. Ayat ini dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah Allah kepada manusia, dan tentu tidak mungkin anugerah tersebut terbatas pada bentuk fisik.
Manusia telah diciptakan Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya karena satu dan lain hal, sehingga kemudian Kami Allah bersama dengan manusia itu sendiri mengembalikannya ke tingkat yang serendah-rendahnya.
Kata رددناه terdiri atas kata ردد yang dirangkaikan dengan kata ganti dalam bentuk jamak (نا) serta kata ganti yang berkedudukan sebagai obyek (ه) hu-nya. ردد antara lain berarti mengalihkan, memalingkan atau mengembalikan.
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu Allah bersumpah dengan menyebut empat hal. Ayat-ayat ini menjelaskan untuk sumpah itu. Di sini Allah berfirman bahwa : “Demi keempat hal di atas, sungguh Kami Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.[16]
Asbabun Nuzul
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadits melalyi Jabir al-‘Aufi bersumber dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan firman-Nya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (QS. at-Tiin: 5). Ibnu Abbas r.a telah menceritakan bahwa mereka yang diisyaratkan oleh ayat ini adalah segolongan orang-orang yang dituakan umurnya hingga tua sekali pada zaman Rasulullah saw, karena itu ditanyatakanlah perihal mereka, sewaktu mereka sudah pikun, maka Allah menurunkan firman-Nya yang menjelaskan tentang pemaafan bagi mereka. Lalu dinyatakan-Nya bahwa bagi mereka pahala dari amal baik yang dahulu mereka lakukan sebelum pikun.
4. QS. al-Baqarah: 30
øŒÎ)ur tA$s% šu Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Keterangan:
و (dan) ingatlah hai Muhammad! واذقال ربك للملائكة انى جاعل فى الارض خليفة (ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.") yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Ku padanya, yaitu :
(Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) yakni dengan berbuat maksiat.
(dan menumpahkan darah) artinya mengalirkan darah dengan jalan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh bangsa itu yang juga mendiami bumi? Tatkala mereka berbuat kerusakan, Allah mengirim malaikat kepada mereka maka dibuanglah mereka ke pulau-pulau dan ke gunung-gunung.
(padahal kami selalu bertasbih) maksudnya selalu mengucapkan tasbih.(dengan memuji-Mu) yakni dengan membaca “Subhanallahi wabihamdihi” artinya Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya. (dan mensucikan-Mu) membersihkan-Mu dari hal-hal yang tidak layak bagi-Mu.
قال (Allah berfirman) انى اعلم ما لاتعلمون (Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) tentang maslahat atau kepentingan mengenai pengangkatan Adam, dan bahwa diantara anak cucunya ada yang taat dan ada pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah keadilan di antara mereka.
Dalam surat tersebut diungkapkan dalam bentuk tamsil dengan maksud agar lebih mudah dipahami oleh manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya. Untuk maksud tersebut Allah memberitahukan kepada para malaikat tentang akan diciptakan-Nya seorang khalifah di bumi. Mendengar keputusan ini, para malaikat merasa terkejut, karenanya, mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Untuk menjawab pertanyaan para malaikat, Allah memberi pengertian kepada mereka dengan cara ilham agar mereka tunduk dan taat kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Munasabah
Kandungan ayat ini sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat Allah, yang dengan nikmat itu dapat menjauhkan dari maksiat dan kufur dan dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah. Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi. Hal tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat kepada Allah dan tidak ingkar kepada-Nya.
Pada ayat ini dan sebelumnya juga menceritakan kisah-kisah tentang kejadian umat manusia. Dalam penciptaan manusia itu mengandung hikmah dan rahasia yang diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan penciptaan.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi dalam arti kita sebagai manusia harus bisa menjaga, melindungi, dan melestarikan bumi. Bukan untuk merusak ataupun menghancurkan apa yang Allah ciptakan di bumi ini. Karena kesempurnaan manusia dalam berfikir dengan akal nilah manusia melaksanakan fungsinya dengan sebaik mungkin. Atas dasar itu penciptaan manusia dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya dalam arti yang sebaik-baiknya dalam fungsi sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.
B.       Saran
Melihat pentingnya seorang manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sempurna, hendaknya kita sebagai seorang manusia bisa menjaga dan mampu memanfaatkan diri kita sebagai seorang manusia. Bisa memberika yang terbaik bagi semua orang dan taat terhadap aturan yang telah Allah berikan. Hendaknya dapat mengkaji lebih jauh lagi tentang jati diri kita sebagai seorang manusia. Jangan hanya mengacu pada arti manusia itu sendiri, tapi lebih luas lagi tentang hal lain yang mampu memotifasi diri kita sebagai manusia yang baik dan taat terhadap sang Pencipta.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin, dan Imam Jalaluddin as-Sayuthi, Tafsir Jalalain, Asbabun Nuzul Ayat, Bandung: Sinar Baru, 1990.
Al-Maraghy, Musthafa, Tafsir al-Maraghiy, Juz XV, Semarang: Toha Putra, 1988.
Ancok, Djamaludin, dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994.
Al Qattan, MK. 2001. Studi Ilmu-Ilmu Quran (alih bahasa: Mudzakir AS.). Bogor: Pustaka Litera Antarnusa.
Syathi’, ‘Aisyah Abdurrahman Bintusy, Manusia Siapa, Darimana dan Kemana?, Semarang: Toha Putra, 1982.
Oleh: Dr. Abdul Basith Jamal & Dr. Daliya Shadiq Jamal

Penulis : najbadunk ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Tafsir Al-Quran Tentang Manusia ini dipublish oleh najbadunk pada hari Senin, 02 April 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Tafsir Al-Quran Tentang Manusia
 

0 komentar:

Posting Komentar