Statistik

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dah lama nie gak update postinger mengenai hal pengetahuan, maklum sekarang kang admin agak sedikit sibuk. Caileeee....blagu ya! biasalah tugas negara. Ok deh..!!  Kali ini kang admin mau bagi-bagi pengetahuan buat rekan-rekan semua yang seperjuangan dengan kang admin khususnya.

Disini kang admin mau bagi-bagi info mengenai apa itu Statistik dan apa saja rumusan statistik.


 

Hadits

 

Metode Pendidikan Islam

Metode Pendidikan Islam


Allah Swt telah memebekali dan membimbing Rasul-Nya dengan metode pendidikan yang tepat guna membimbing umatnya meniti jalan yang benar, jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Dan itu trebukti melahirkan generasi yang sulit dicari bandingannya, generasi yang shalih.

Dalam phostingan kali ini kang admin akan mencoba mengungkapkan metode pendidikan tersebut yang digali dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Di sini akan kita dapatkan suatu meotde pendidikan yang dapat diterapkan sesuai kondisi, materi, dan obyek didik yang dihadapi. Pembahasannya dengan bahasa yang mudah sehingga memudahkan pembaca blog kang admin ini menerapkannya dan mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi semua orang yang membaca phostingan blog kang admin ini serta dapat mendidik putra-putrinya/anak didiknya agar menjadi anak yang shalih.

Bismillahirohmanirohim...
     Segala puji bagi Allah, Tuahn yang telah mengajarkan kalam-Nya kepada manusia dan memberinya petunjuk untuk membedakan kebenaran dengan kebatilan. Tuhan yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Tuhan yang memberi balasan kepada manusia sesuai dengan amalannya.
       Shalawat serta salam semoga senantiasa Alla curahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarganya, para sahabatnya, para syuhada, para shalihin, dan penerus risalahnya. Dengan terutusnya Nabi Muhammad saw., untuk membawa risalah Islam kepda umat manusia, maka manusia mendapat petunjuk-petunjuk rinci bagi kepentingan dirinya dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, bangsa dan negara.
       Pendidikan tidak terlepas dari kebutuhan metodologi yang tepat agar sasaran yang hendak dicapai dalm pendidikan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Fungsi metodologi pendidikan adalah memberikan jalan kepda pendidik berbagai cara yang baik yang dapat dipergunakan dalam mendidik sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada obyek didik. Karena itu, dalam mendidik, pendidik tidak dapat mengandalkan satu metodologi saja dan menyatakan mutlak benarnya metodologi tersebut serta menganggap bahwa metodologi tersebut dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi terhadap obyek didik yang bermacam-macam. Mengingat obyek didk yang berbeda-beda, maka tidaklah bijaksana jikalau pendidik hanya mengandalkan satu metodologi saja.
       Macam-macam metode pendidikan yang dapat dipergunakan pada situasi, kondisi, dan obyek didik dapat kita gali dari Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an kita dapat menemukan berbagai macam metode pendidikan atau metode dakwah yang Allah swt terapkan dalam membekali dan membimbing Rasul-rasul-Nya untuk mengajak umat manusia menuju jalan kebenaran yang diridhoi oleh Allah. Pada hakekatnya pendidikan dalam pandangan Islam merupakan bagian yang tak terlepaskan dari dakwah Islam. Oleh karena itu, metodologi dakwah yang dilakukan oleh rasul-rasul Allah berlaku juga sebagai metodologi pendidikan pada obyek didik. Pemapran Al-Qur'an tentang berbagai metode dakwah yang dipraktekan oleh rasul-raul Allah dapat kita jadikan referensi dalam membangun metodologi pendidikan dengan menanamkan jiwa agama pada anak didik.

Merujuk pada apa yang telah dikemukakan di atas ada beberapa Metode Pendidikan Islam yang kang admin berikan bersumber dari Al-Qur'an dan mudah-mudahan dapat menjadi sumber pelengkap bagi para pendidik dalam mendidik anak didiknya agar lebih baik lagi, diantaranya yaitu :

1. TA'LIM (Memberi Tahu)
      Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah yang artinya :"Dan Dia memberitahukan (Ta'lim) kepada Adam seluruh nama-nama, kemudian memperlihatkannya (ma'radl) kepada para malaikat, lalu berfirman: "Beritahukanlah (naba') kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang benar!" Mereka menjawab: 'Mahasuci Engkau, kami tidak sedikit pun pengetahuan, kecuali apa yang telah Engkau beri tahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (Q.S. Al-Baqarah(2) ayat:31-32).
      
Penjelasan:
     Ta'lim secara harafiah artinya memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Dalam perbendaharaan bahasa Arab modern, kata ta'lim dipergunakan dalam pengertian pengajaran. Bila kita perhatikan ayat di atas, motede yang Allah gunakan dalam transformasi ilmu atau pengetahuan kepada Adam as., adalah metode ta'lim. Metode ini digunakan pada tingkat awal, karena dimaksudkan untuk pengenalan benda-benda. Ini merupakan suatu proses yang bersifat fitrah bahwa setiap orang pada awalnya tidak tahu nama benda yang ada di depannya dan dia memerlukan sekedar pemberitahuan.
     Metode ta'lim merupakan metode dasar dalam pendidikan, bahkan dalam aktivitas komukasi antara seseorang dengan orang lain. sebelum pembicara lebih jauh dilakukan pemberitahuan agar tidak menimbulkan kesalah pahaman, maka pihak-pihak yang bersangkutan harus menyamakan pengertian tentang obyek yang dibicarakan. Disini kedua belah pihak dituntut untuk saling memberi tahu pengenalan atau pengetahuannya tentang obyek yang dimaksud. Misalnya, dua orang yang mengadakan transaksi buah-buahan; seorang bersuku bangsa Sunda dan mitranya Jawa. Yang Sunda menyebutkan kata gedang. Menurut pengertian orang Jawa, gedang berarti pisang, sedang pengertian orang Sunda, gedang itu adalah pepaya. Disini kedua belah pihak perlu menyamakan pengertian tentang obyek transaksinya supaya tidak timbul perselisihan dikemudian hari. karenanya, diperlukan ta'lim



2.  TABYIIN (Memberi Penjelasan)
             Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 2, bahwasanya dalam ayat tersebut dijelaskan tentang kejadian antara Nabi Musa dengan kaumnya. Nabi Musa as berkata kepada kaumnya bahwa Allah memerintah mereka untuk menyembelih sapi. Ini disebut Musa menta'liim kaumnya. ketika kaumnya mendengarkan ta'liim Musa ini, mereka merasa tidak jelas karena pengertiannya masih bersifat umum. Mereka meminta penjelasan lebih jauh tentang sapi yang dimaksud, kemudian Musa menjelaskan keadaan sapi yang menjadi pokok perosalan pada ayat ini.
                Dari ayat tersebut diberikan isyarat adanya penggunaan metode tabyiin dalam memberikan keterangan kepada lawan bicara. Penjelasan dari Metode Tabyiin yaitu memberi penjelasan lebih jauh kepada lawan bicara setelah dia mengajukan permintaan penjelasan lebih jauh atas pemberitahuan yang diterimanya tau menyampaikan sanggahan atas keterangan yang diterimanya karena ingin mendapatkan penjelasan lebih mendalam mengenai obyek pembicaraan. Metode Tabyiin kita gunakan bilamana orang yang kita beri tahu meminta keterangan lebih jauh tentang obyek yang diberitahukan secara umum. Hal ini terjadi sehari-hari dalam kehidupan.
















 

Tafsir Ayat Al Quran Mengenai Nabi dan Rasul


BAB I
 PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Di dalam Al-Quran tidak kurang dari 431 kali kata Rasul baik dalam bentuk tunggal (singular) maupun jamak (plural) disebutkan telah dinyatakan dalam hadis bahwa jumlah Rarusl ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua Rasul yang dibangkitkan di India, Lina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa, dan dinegeri-negeri lainnya di dunia.
B.       Pokok Permasalahan
Mengenai ayat-ayat tentang kerasulan atau kenabian yang mana misi seorang Rasul adalah menyampaikan risalah-risalah Tuhan kepada umatnya. Sedangkan tugas seorang Nabi mempunyai prinsip yang sama dan tidak bertentangan antara yang satu denagn yang lainnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      DEFINISI
Menurut bahasa, nabi berarti orang yang memberi kabar, orang yang mengkhabarkan hal-hal ghaib, orang yang melamarkan sesuatu. Adapun yang dimaksud dalam terminologi agama ialah, Nabi adalah seorang manusia yang memperoleh wahyu dari Allah yang berisi syariat, sekalipun tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada mansuia lainnya. Jika dia mendapat perintah Allah untuk disampaikan kepada orang lain, dinamailah dia Rasul. Setiap Rasul itu Nabi, tetapi tidak setiap nabi itu rasul.
Di dalam Al-Quran tidak kurang dari 432 kali kata Rasul baik dalam bentuk tunggal (singular) maupun jamak (plural) disebutkan telah dinyatakan dalam hadis bahwa jumlah Rarusl ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua Rasul yang dibangkitkan di India, Lina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa, dan dinegeri-negeri lainnya di dunia. Akan tetapi kita tidak dapat memastikan seseorang di luar daftar para rasul yang nama-namanya tercantum  di dalam al-quran, apakah dia seorang Rasul atau bukan, sebab kita tidak diberitahu secara pasti tentang dia. Tidak pula kita diizinkan mengatakan penolakan terhadap orang-orang suci dari agama-agama ain. Sagat dimungkinkan bahwa sebagian dari mereka adalh para rasul Allah, dan para pengikut merekalah yang menyelewengkan ajaran-ajaran mereka setelah mereka tiada, seperti halnya para pengikut Musa dan Isa as.
Dalam hubungan itu perlu dibedakan Rasul berupa malaikat dengan Rasul berupa Nabi, selain Rasul dalam bentuk malaikat, di dalam Al-Quran juga tidak dapat dibedakan antara Nabi dan Rasul, justru nabi-nabi yang tercantum namanya itu sekaligus sebagai Rasul pula. Firman Allah dalam QS. Al-Hajj : 75
¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy tûüÏÿ¿dœuqtGçHø>Ïj9 ÇÐÎÈ  
Artinya: “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat”.
Dalam ayat tersebut menyatakan bahwa Allah berkehendak dan menetapkan memilih dari jenis malaikat dan juga jenis manusia untuk menjadi utusan-utusan-Nya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa rislah illahiyah kerasulan atau kenabian adalah wewenang Allah semata-mata.
B.       TUJUAN DIUTUSNYA PARA RASUL
1.    QS. Al-Baqarah 119
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ysø9$$Î/ #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur ( Ÿwur ã@t«ó¡è@ ô`tã É=»ptõ¾r& ÉOŠÅspgø:$# ÇÊÊÒÈ  
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka”.

2.    QS. Al-Anbiya 45
ö@è% !$yJ¯RÎ) Nà2âÉRé& ÄÓóruqø9$$Î/ 4 Ÿwur ßìyJó¡tƒ OÁ9$# uä!%tæ$!$# #sŒÎ) $tB šcrâxZムÇÍÎÈ  
Artinya : “Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan Tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan"

3.    QS. Yasin 1
$yJ¯RÎ) âÉYè? Ç`tB yìt7©?$# tò2Ïe%!$# zÓÅ´yzur z`»uH÷q§9$# Í=øtóø9$$Î/ ( çn÷ŽÅe³t6sù ;otÏÿøóyJÎ/ 9ô_r&ur AOƒÍŸ2 ÇÊÊÈ  
Artinya: “Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.”
Maksudnya peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. hanyalah berguna bagi orang yang mau mengikutinya.
Kata ittaba teambil dari kata tabi’a yang berarti mengikuti. Penambahan huruf ta’ pada kata terseut mengandung makna kesungguhan. Siapa yang bersungguh-sungguh mengikuti adz-dzikr yani al-quran, maka ia akan memperhatikan dengan seksama dan meneladani Nabi Muhammad Saw, akan lahir keimanan yang kukuh dan mantap.
Penggunaan kata ar-rahman pada ayat ini dan bukan lafadz “Allah” bertujuan menegaskan bahwa yang dimaksud adalah Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad saw, bukan Tuhan yang mereka persekutukan dengan berhala-berhala. Adapun ar-rahman yang diperkenalkan Rasulullah saw sebagai salah satu nama Tuhan semesta alam. Kaum beriman yakni bahwa Dia Maha Pengasih, namun demikian, keyakinan tersebut tidak menjadi mereka lengah dari sifat-Nya yang lain, seperti jabbar/maha perkasa lagi muntaqim/Maha Pembalas kesalahn pendurhaka.

4.    QS. An-Nahl 36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ  
Artinya: “dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Kata thaghut terambil dari kata thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk dan melampaui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidaya (petunjuk) yang dimaksud ayat di atas adalah hidayah khusus dalam bidang agama yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam hidayah Allah telah penulis kemukakan ketika menafsirkan surah Al-fatihah. Di sana antara lain penulis kemukakan bahwa dalam kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yang mengandung makna ini, misalnya:
t4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÎËÈ  
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (as-sura:52)
Kedua hidayah (petunjuk0 serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah SWT, karena itu ditegaskannya bahwa:
y7¨RÎ) Ÿw ÏöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# Ïöku `tB âä!$t±o 4 uqèdur ãNn=÷ær& šúïÏtFôgßJø9$$Î/ ÇÎÏÈ  
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al-Qashash: 56)
Allah menganugerahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara tentang hidayah, secara tegas ayat di atas menyatakn bahwa Allah yang menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang kesesatan. Redaksi yang digunakan ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi kesesatan, tanpa menyebut siapa yang menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali dari Allah SWT, tetapi dari mereka sendiri. Memang ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa : “Allah menyesatkan siap yang Dia kehendaki”, tetapi kehendak-Nya itu terlaksana setelah yang bersangkutan sendiri sesat.
øŒÎ)ur tA$s% 4yqãB ¾ÏmÏBöqs)Ï9 ÉQöqs)»tƒ zNÏ9 ÓÍ_tRrèŒ÷sè? s%ur šcqßJn=÷è¨? ÎoTr& ãAqßu «!$# öNà6ös9Î) ( $£Jn=sù (#þqäî#y sø#yr& ª!$# öNßgt/qè=è% 4 ª!$#ur Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÉ)Å¡»xÿø9$# ÇÎÈ  
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.

Maksudnya karena mereka berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat dan bertambah jauh dari kebenaran.

C.      MISI AJARAN SELURUH RASUL
1.      Q.S. Ibrahim 4
!$tBur $uZù=yör& `ÏB @Aqߧ žwÎ) Èb$|¡Î=Î/ ¾ÏmÏBöqs% šúÎiüt7ãŠÏ9 öNçlm; ( @ÅÒãŠsù ª!$# `tB âä!$t±o Ïôgtƒur `tB âä!$t±o 4 uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOÅ3ysø9$# ÇÍÈ  
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Di atas penulis jelaskan maka illa bi lisani quamihi denga “kecuali dengan juga sebagai cerminan dari pikiran dan pandangan pengguna bahasa itu. Bahasa dapt menggambarkan watak dan pandangan masyarakat pengguna bahasa itu.
Ini merupakan bagian dari kasih saying Allah kepada makhluk-Nya bahwa Dia mengutus Rasul-rasul dari kalangan mereka sendiri dan dengan menggunakan bahsa mereka supaya mereka dapat memahami risalah yang dibawa oleh para Rasul . hal ini seprti diriwayatkan oleh imam Ahmad dari Abi Dzar, dia berkata bahwa, rasulullah saw bersabeda: yang artinya :”Tidaklah Allah azza wa jalla mengutus seorang Nabi kecuali dengan bahasa kaumnya”. (HR Ahmad)

2.      QS. Fathir 24
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ptø:$$Î/ #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur 4 bÎ)ur ô`ÏiB >p¨Bé& žwÎ) Ÿxyz $pkŽÏù ֍ƒÉtR ÇËÍÈ  
Atinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaransebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”.
Karena tugas Nabi Muhammad saw selain member peringatan juga membawa berita gembira, maka ayat ini melanjutkan dengan menyatakan bahwa : sesungguhnya kami mengutusmu kepada seluruh unat manusia dengan haq yakni perutusan yang haq lagi membawa kebenaran serta dari sumber Yang Haq yakni Allah SWT, engkau adalah pembawa berita gembira bagi yang taat dan pemberi peringatan bagi yang durhaka. Dan tidak ada satu pun dari umat yang terdahulu melainkan telah berlalu yakni telah dating padanya seorang pemberi peringatan-baik sebagai nabi atau rasul yang ditugaskan langsung oleh Allah, maupun sebagai penerus ajaran Nabi dan Rasul.
Thabathaba’I menjadikan firman-Nya wa in min ummatin illa khala fiha nadzir/dan tidak ada satu umat pun melainkan telah berlalu padanya seorang pemberi peringatan, menajdikannya sebagai bukti bahwa setiap generasi masa lalu telah didatangi oleh seorang Rasul. Ini karena ulama itu memahami kata nadzir dalam arti “Rasul” yang menyampaikan berita gembira dan peringatan. Memang tulisannya tidak harus nabi itu berasal dari anggota masyarakat yang ada, karena ayat ini tidak menggunakan kata minba/dari mereka tetapi fiha yakni di dalam masyarakat mereka.

3.      QS. Al-Mu’min 78
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ  
Artinya: “dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.
Persoalan ini memiliki banyak latar belakang. Allah mengisahkan sebagiannya di dalam kitab panjang, yang mengatarkan, yang jelas dan yang memiliki rambu-rambu. Juga isyarat tentang jalan ditegaskan oeh sunnah terdahulu yang berlaku dan tidak dapat diingkari, serta penjelasan tentang hakikat risalah, fungsi Rasul, dan batasan-batasannya dengan sangat jelas.
Allah juga hendak memberikan pengertian kepada manusia ihwal hakikat ketuhanan dan kenabian. Mereka mengetahui bahwa para raasul itu mansuia seperti mereka, yang dipilih Allah, dan ditentukan tugasnya. Mereka tidak mampu dan tidak pernah berusaha untuk melampaui batas-batas tugas ini. Juga supaya manusia mengetahui bahwa penangguhan suatu kejadian luar biasa merupakan rahmat bagi mereka.




BAB III
PENUTUP SIMPULAN
A.      Kesimpulan
1.      Bahwa setiap nabi dan Rasul diutus oleh Allah dengan utusan yang sama yaitu menyampaikan kabar gembira kepada umat manusia.
2.      Sebagai umat manusia yang beriman tentunya wajib bagi kita untuk mengimani akan adanya rasul dan nabi, baik yang kita ketahui csecara umum maupun yang tidak kita ketahui sebagaiman telah dijelaskan di dalam Al-Quran.
3.      Dengan selalu mempercaya dan mengamalkan apa-apa yang telah rasul ajarkan kepada kita maka kita akan terhindar dari kesesatan.
B.       Saran
Dalam pembuatan makalah yang singakt ini tentunya ada banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penysunan makalah ini. Oleh sebab itu kritik dan saran dari dosen pembimbing manapun teman-teman sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akirnya kami ucapkan terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

         Muhmudunnasir, Syed, Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), Cet.II
     Baqy, al, Abd., Muhammad Fu’ad, Mu’jam Al-Mufabrats li Al-qadz al-Quran al-Karim, (Berut : Dar    al-fikr, 1987 H/1987 M).